Rabu, 12 April 2017

INDUSTRIALISASI DI INDONESIA

INDUSTRIALISASI DI INDONESIA
PEREKONOMIAN INDONESIA#



DISUSUN OLEH :

"KELOMPOK 6"
Kelas: 1EB18


No                               Nama:                                                                  NPM:
1.                     Dwi Kiki Anggraeni                                                   22216192
2.                     Firda Khalifattul Jannah                                             22216856
3.                     Mutia  Khairunisah                                                     25216182
4.                     Rihanda Salma Elza Vorlandia                                   26216409



UNIVERSITAS GUNADARMA
2017



KATA PENGANTAR


Assalammu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah wasyukrulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan, kekuatan dan kasih sayang-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen kami, mata kuliah Perekonomian Indonesia dengan judul pembahasan “Industrialisasi di Indonesia”
Selain itu, diharapkan makalah ini dapat memberikan sedikit ilmu kepada teman-teman mahasiswa dan menjadi bekal peningkatan kualitas diri untuk pembelajaran yang disampaikan kepada peserta didik nantinya.
Tidak lupa penulis ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin
Wassalamu’alikum Wr.Wb. 

Bekasi,    April 2017


        Penyusun



DAFTAR ISI

Judul
Kata Pengantar.................................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2     Rumusan Masalah............................................................................................ 1
1.3     Tujuan Penulisan.............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1    Konsep dan tujuan industrialisasi..................................................................... 3
2.2    Faktor-faktor pendorong industrialisasi............................................................ 3
2.3    Perkembangan sektor industri manufaktur nasional......................................... 3
2.4    Permasalahan industrialisasi............................................................................. 4
2.5    Strategi pembangunan sektor industri.............................................................. 6
2.6    Studi Kasus....................................................................................................... 7
BAB III  PENUTUP
3.1    Kesimpulan....................................................................................................... 9
3.2    Saran............................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 11




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Industrilisasi merupakan usaha pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan. Sejarah hidup manusia tidak terlepas dari keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia mempunyai metode untuk memenuhinya sesuai dengan zamannya. Mulai zaman prasejarah, kita mengenal kehidupan manusia purba masa berburu dan mengambil makanan, atau dikenal food gathering. Kemudian, masa berternak  dan bercocok tanam atau food producing.
Pada saat sekarang ini, negara Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Alinea ke 4, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Tujuan negara tersebut, pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata, materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
Guna mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia tersebut di atas, pemerintah telah berupaya melakukan berbagai kegiatan, termasuk salah satu diantaranya adalah mendorong laju perekonomian nasional. Pertumbuhan laju industri merupakan andalan pemerintah dalam upaya meningkatkan perekonomian di Indonesia. Perekonomian di Indonesia tidak akan berkembang tanpa dukungan dari peningkatan perindustrian sebagai salah satu sektor perekonomian yang sangan dominan di zaman sekarang.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan beberapa macam masalah antara lain adalah sebagai berikut:
1.        Bagaimana Konsep dan tujuan dari Industrialisasi di Indonesia ?
2.        Apa saja Faktor-faktor Pendorong industrialisasi ?
3.        Bagaimana Perkembangan Sektor Industri manufaktur Nasional ?
4.        Permasalahan yang terjadi pada Industrialisasi Indonesia?
5.        Bagaimana Strategi Pembangunan Sektor Industri ?

1.3  Tujuan penulisan

Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk pemenuhan tugas perekonomian Indonesia selain itu diharapkan setelah makalah ini diselesaikan, kita dapat:
1.      Mengetahui dan memahami bagaimana Konsep dan tujuan dari Industrialisasi di Indonesia.
2.      Mengatahui dan memahami Faktor-faktor Pendorong industrialisasi.
3.      Mengetahui dan memahami Perkembangan Sektor Industri manufaktur Nasional.
4.      Mengetahui dan memahami permasalahan Industrialisasi.
5.      Mengetahui dan memahami Strategi Pembangunan Sektor Industri.



BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Konsep dan tujuan industrialisasi

Tujuan industrialisasi itu sendiri adalah untuk memajukan sumber daya alam yang dimiliki oleh setiap Negara, dengan didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, dengan industrialisasi ini maka, Negara berkembang yang mampu memanfaatkannya dengan baik, maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Negara tersebut.
Industrialisasi adalah sistem produksi yang muncul dari pengembangan yang mantap penelitian dan penggunaan pengetahuan ilmiah. Ia dilandasi oleh pembagian tenaga kerja dan spesialisasi, menggunakan alat-alat bantu mekanik, kimiawi, mesin, dan organisasi serta intelektual dalam produksi.
Industrialisasi merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk sedikit & kekayaan alam melimpah seperti Kuwait & libya ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.

2.2 Faktor-faktor pendorong industrialisasi

a.       Kemampuan teknologi dan inovasi
b.      Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita
c.       Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki industri dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat
d.      Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk. Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi
e.       Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis industri unggulan dan insentif yang diberikan.
f.       Keberadaan SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat dalam industrialisasi
g.      Kebijakan/strategi pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi industri orientasi ekspor.

2.3 Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional

Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat perkembangan industri secara nasional di negara itu. Perkembangan ini dapat dilihat baik dari aspek kualitas produk yang dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan.
Sejak krisis ekonomi dunia yang terjadi tahun 1998 dan merontokkan berbagai sendi perekonomian nasional, perkembangan industri di Indonesia secara nasional belum memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Bahkan perkembangan industri nasional, khususnya industri manufaktur, lebih sering terlihat merosot ketimbang grafik peningkatannya.
Sebuah hasil riset yang dilakukan pada tahun 2006 oleh sebuah lembaga internasional terhadap prospek industri manufaktur di berbagai negara memperlihatkan hasil yang cukup memprihatinkan. Dari 60 negara yang menjadi obyek penelitian, posisi industri manufaktur Indonesia berada di posisi terbawah bersama beberapa negara Asia, seperti Vietnam. Riset yang meneliti aspek daya saing produk industri manufaktur Indonesia di pasar global, menempatkannya pada posisi yang sangat rendah.
Industri manufaktur masa depan adalah industri-industri yang mempunyai daya saing tinggi, yang didasarkan tidak hanya kepada besarnya potensi Indonesia (comparative advantage), seperti luas bentang wilayah, besarnya jumlah penduduk serta ketersediaan sumber daya alam, tetapi juga berdasarkan kemampuan atau daya kreasi dan keterampilan serta profesionalisme sumber daya manusia Indonesia (competitive advantage).
Untuk melihat sejauh mana perkembangan industry manufaktur di Indonesia selama ini, perlu dilihat perbandingan kinerjanya dengan sector yang sama di Negara-negara lain. Dalam kelompok ASEAN, misalnya kontribusi output dari sector industry manufaktur terhadap pembentukan PDB di Indonesia masih relative kecil, walaupun laju pertumbuhan output rata-ratanya termasuk tinggi di Negara-negara ASEAN lainnya. Struktur ini menandakan Indonesia belum merupakan Negara dengan tingkat industrialisasi yang tinggi dibandingkan Malaysia dan Thailand.

2.4 Permasalahan Industrialisasi

Industrialisasi di negara berkembang pada umumnya dilakukan sebagai upaya mengganti barang impor, dengan mencoba membuat sendiri komoditi-komoditi yang semula selalu diimpor.  Mengalihkan permintaan impor dengan melakukan pemberdayaan produksi dari dalam negeri. 
Strategi yang pertama dilakukan adalah pemberlakuan hambatan tarif terhadap impor produk-produk tertentu. Selanjutnya disusul dengan membangun industri domestik untuk memproduksi barang-barang yang biasa di impor tersebut. Ini biasanya dilaksanakan melalui kerja sama dengan perusahaan-perusahaan asing yang terdorong untuk membangun industri di kawasan tertentu dan unit-unit usahanya di negara yang bersangkutan, dengan dilindungi oleh dinding proteksi berupa tarif. Selain itu, mereka juga diberi insentif-insentif seperti keringanan pajak, serta berbagai fasilitas dan rangsangan investasi lainnya. 
Untuk industri kecil yang baru tumbuh terutama di negara yang sedang berkembang. Industri yang baru dibangun belum memiliki kemampuan yang memadai untuk berkompetisi secara frontal dengan industri mapan dari negara-negara yang sudah maju. Industri negara maju sudah berada di jalur bisnisnya dalam waktu yang sudah lama dan sudah mampu melakukan efisiensi dalam proses-proses produksinya. Mereka mempunyai informasi dan pengetahuan yang cukup tentang optimisasi proses produksi, situasi dan karateristik pasar, serta kondisi pasar tenaga kerja sehingga mereka mampu menjual produk yang berharga murah di pasar internasional tetapi masih tetap bisa menghasilkan keuntungan yang memadai.
Dibeberapa negara, para produsen domestik mereka tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik tanpa tarif, akan tetapi juga untuk ekspor ke pasar internasional. Hal ini bisa mereka lakukan karena mereka telah mampu menghasilkan produk tersebut dengan struktur biaya yang murah sehingga harga yang ditawarkan sangat kompetitif dan mampu bersaing di pasar luar negeri, maka banyak pemerintahan negara-negara dunia ketiga yang tertarik dan menerapkan strategi industrialisasi substitusi impor tersebut.
Perekonomian nasional memiliki berbagai permasalahan dalam kaitannya dengan sektor industri dan perdagangan:
1.     Industri nasional selama ini lebih menekankan pada industri berskala luas dan industri teknologi tinggi. Adanya strategi ini mengakibatkan berkembangnya industri yang berbasis impor. Industri-industri tersebut sering terpukul oleh depresiasi mata uang rupiah yang tajam.
2.     Penyebaran industri belum merata karena masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Industri yang hanya terkonsentrasi pada satu kawasan ini tentulah tidak sejalan dengan kondisi geografis Indonesia yang menyebut dirinya sebagai negara kepulauan.
3.     Lemahnya kegiatan ekspor Indonesia yang tergantung pada kandungan impor bahan baku yang tinggi, juga masih tingginya tingkat suku bunga pinjaman bank di Indonesia, apalgi belum sepenuhnya Indonesia diterima di pasar internasional.
4.     Komposisi komoditi ekspor Indonesia pada umumnya bukan merupakan komoditi yang berdaya saing, melainkan karena berkaitan dengan tersedianya sumber daya alam - seperti hasil perikanan, kopi, karet, dan kayu. tersedianya tenaga kerja yang murah – seperti pada industri tekstil, alas kaki, dan barang elektronik.
5.     Komoditi primer yang merupakan andalan ekspor Indonesia pada umumnya dalam bentuk bahan mentah sehingga nilai tambah yang diperoleh sangat kecil. Misalnya Indonesia mengekspor kayu dalam bentuk gelondongan, yang kemudian diimpor lagi dalam bentuk mebel karena terbatasnya penguasaan desain dan teknologi.
6.     Masih relatif rendahnya kualitas sumber daya manusia. Hal ini sangat dipengaruhi oleh sistem pendidikan formal dan pola pelaksanaan pelatihan yang cebderung masih bersifat umum dan kurang berorientasi pada perkembangan kebutuhan dunia usaha. Selain itu, rendahnya kualitas sumber daya manusia akibat dari pola penyerapan tenaga kerja di masa lalu yang masih mementingkan pada jumlah tenaga manusia yang terserap. ketimbang kualitas tenaga manusianya.

Beberapa ahli menilai penyebab utama dari kegagalan Indonesia dalam berindustri adalah karena industri Indonesia sangat tergantung pada impor sumber-sumber teknologi dari negara lain, terutama negara-negara yang telah maju dalam berteknologi dan berindustri. Ketergantungan yang tinggi terhadap impor teknologi ini merupakan salah satu faktor tersembunyi yang menjadi penyebab kegagalan dari berbagai sistem industri dan sistem ekonomi di Indonesia. 
Sistem industri Indonesia tidak memiliki kemampuan pertanggungjawaban dan penyesuaian yang mandiri. Karenanya sangat lemah dalam mengantisipasi perubahan dan tak mampu melakukan tindakan-tindakan pencegahan untuk menghadapi terjadinya perubahan tersebut. Tuntutan perubahan pasar dan persaingan antar industri secara global tidak hanya mencakup perubahan di dalam corak, sifat, kualitas, dan harga dari komoditas yang diperdagangkan, tetapi juga tuntutan lain yang muncul karena berkembangnya idealisme masyarakat dunia terhadap hak azasi manusia, pelestarian lingkungan, liberalisasi perdagangan, dan sebagainya. 
Gerak ekonomi Indonesia sangat tergantung pada arus modal asing yang masuk atau keluar Indonesia serta besarnya cadangan devisa yang terhimpun melalui perdagangan dan hutang luar negeri.
Kebijakan yang telah secara berkelanjutan ditempuh tersebut, teramati tidak mampu membawa ekonomi Indonesia menjadi makin mandiri, bahkan menjadi  tergantung pada:
·                     Ketergantungan kepada pendapatan ekspor,
·                     Ketergantungan pada pinjaman luar negeri,
·                     Ketergantungan kepada adanya investasi asing,
·                     Ketergantungan akan impor teknologi dari negara-negara industri.

2.5 Strategi pembangunan sektor industri

Strategi ini dilakukan dengan dua cara, yaitu:
-          Subtitusi Impor (inward-looking)
-          Promosi Ekspor (outward-looking)

Strategi industrialisasi

1.      Strategi Subtitusi Impor
-          Lebih menekankan pada pengembangan industry yang berorientasi pada pasar domestic
-          Strategi subtitusi impor adalah industry domestic yang membuat barang menggantikan impor
-          Dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan industry dalam negeri yang memproduksi barang pengganti impor

·         Pertimbangan yang lazim digunakan dalam memilih strategi ini adalah:

a)      SDA dan factor produksi lain (terutama tenaga kerja) cukup tersedia potensi permintaan dalam negeri memadai
b)      Pendorong perkembangan sector industry manufaktur dalam negeri
c)      Dengan perkembangan industry dalam negeri, kesempatan kerja lebih luas
d)     Dapat mengurangi ketergantungan impor

·         Penerapan strategi subtitusi impor dan hasilnya di Indonesia

-          Industry manufaktur nasional tidak berkembang baik selama orde baru
-          Ekspor manufaktur Indonesia belum berkembang dengan baik
-          Kebijakan proteksi yang berlebihan selama orde baru menimbulkan high cost economy
-          Teknologi yang digunakan oleh industry dalam negeri, sangat diproteksi

2.      Strategi Promosi Ekspor
-          Lebih berorientasi ke pasar internasional dalam pengembangan usaha dalam negeri
-          Tidak ada diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas kemudahan lainnya dari pemerintah
-      Dilandasi pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika produk yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor
-      Strategi promosi ekspor mempromosikan fleksibilitas dalam pergeseran sumber daya ekonomi yang ada mengikuti perubahan pola keunggulan komparatif

Kebijakan Industrialisasi

-          Dirombaknya system devisa sehingga transaksi luar negeri lebih bebas dan sederhana
-   Dikuranginya fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan Negara dan kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sector swasta bersama-sama dengan BUMN
-          Diberlakukannya Undang-undang PMA

2.6 Studi Kasus

INDUSTRIALISASI EKSTRAKTIF DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
(STUDI KASUS PEMBANGUNAN PABRIK SEMEN DI KENDENG)

Sekitar akhir abad ke 20, telah terjadi era baru dalam orientasi pembangunan dan tata kelola Sumber Daya Alam di dunia. Masifnya pembangunan infrastruktur di perkotaan dan pendesaaan, menjadikan kebutuhan bahan baku untuk bangunan meningkat tajam. Pengelolaan SDA tidak lagi fokus pada pemenuhan kebutuhan energi (minyak dan batu bara). Tetapi mulai meluas untuk pemenuhan kebutuhan proyek pembangunan, seperti semen.
Semen sendiri, merupakan bahan pokok dalam bangunan. Sebagaimana artinya, semen dalam latin caementum berarti bahan perekat. Secara sederhana, Definisi semen adalah bahan perekat atau lem, yang bisa merekatkan bahan – bahan material lain seperti batu bata dan batu koral hingga bisa membentuk sebuah bangunan. Sedangkan dalam pengertian secara umum semen diartikan sebagai bahan perekat yang memiliki sifat mampu mengikat bahan – bahan padat menjadi satu kesatuan yang kompak dan kuat.
Pembuatan semen termasuk dalam jenis Industri Ekstraktif. Dimana bahan bakunya diambil langsung dari alam untuk diolah menjadi bahan jadi yang dapat digunakan sehari-hari maupun menjadi bahan setengah jadi yang bisa digunakan oleh industri lain.
Semakin meningkatnya permintaan pasar, menjadikan semen memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan jenis industri yang menjanjikan. Hal ini bisa kita lihat dari pembangunan pabrik semen yang terus bertambah di beberapa daerah di Indonesia. Seperti di Jawa, Sumatra dan Sulawesi.
Bagi negara berkembang dan kaya sumber daya alam, seperti di Indonesia, Industri ini di angggap efektif dalam memacu pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatan negara. Namun, disisi lain pembangunan pabrik semen membawa konsekuensi logis bagi masyarakat sekitar. Hilangnya mata pencarian karena ladang/sawah garapan masuk daerah eksploitasi (konflik agararia) dan kerusakan lingkungan adalah masalah utama. Ini pula yang terjadi di Kendeng Rembang Jawa Tengah.

Semen dan Kerusakan Lingkungan

Industrialisasi pembangunan semen mempunyai dampak pencemaran dan kerusakan lingkungan seperti pencemaran air, tanah, dan udara.
Selain dampak diatas, dampak sosial dan dampak kesehatan juga menjadi faktor negatif dari pembangunan. Menurut penjelasan pasal 1 ayat 9 dan pasal 16 dalam Undang-undang No. 4 tahun 1982, dampak juga meliputi juga lingkungan non-fisik, termasuk sosial budaya.
Selain itu dampak kepada lingkungan sosial,budaya,kesehatan,ekonomi pun akan mengalami krisis. Hal inilah yang menjadi sumber masalah dibeberapa daerah. Konflik yang terjadi pada pembangunan pabrik semen ini yang banyak menuai pro dan kontra.

Konflik Pembangunan Pabrik Semen di Kendeng

konflik merupakan sesuatu yang tak terelakkan, yang dapat bersifat positif maupun negatif. Aspek positif konflik muncul ketika konflik membantu mengidentifikasikan sebuah proses pengelolaan lingkungan dan sumberdaya yang tidak berjalan secara efektif, mempertajam gagasan atau informasi yang tidak jelas dan menjelaskan kesalahpahaman.
Dampak idustrialisasi pembangunan semen diatas menjadi penyebab utama konflik agraria di Kendeng. Konflik yang terjadi ini menyebabkan pro dan kontra. Diantara berbagai macam alasan warga menolak pendirian pabrik, karena warga mayoritas hidup dengan mengandalkan sektor pertanian dan berternak. Selain itu warga menolak pabrik semen yang mengancam hilangnya sumber air warga dan mengakibatkan terjadinya krisis air.

Solusi konflik pembangunan pabrik semen di kendeng

Komunikasi Efektif
suatu program yang direncanakan tidak sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Untuk itu perlu komunikasi yang baik antara masyarakat dengan pemerintah. Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Baik secara lisan maupun tidak langsung secara tulisan melalui media. Penggunaan media komunikasi tentunya akan mempermudah masyarakat untuk mengerti isi pesan yang disampaikan oleh perusahaan.
Untuk pembangunan yang stategis komunikasi yang efektif sangat diperlukan. Dengan demikian program pembangunan akan berjalan dengan baik tanpa konflik.   Disini sebelum melakukan pembangunan maka langkah yang baik adalah terciptanya komunikasi antara warga dengan pemerintah/perusahaan.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dampak positif industrialisasi dalam konteks globalisasi saat ini telah diketahui yakni meningkatkan produktivitas melalui peningkatan efisiensi. Namun dampak negatifnya masih banyak diperdebatkan orang, terutama kaitannya dengan kerusakan lingkungan. Ketika sebuah bangsa menggantungkan hidupnya kepada pertanian, maka masalah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh masyarakat yang hidup dengan bertani belum begitu mengemuka dalam berbagai pembahasan. Lain masalahnya, ketika proses industrialisasi tengah berjalan, maka dampak positifnya rakyat banyak tak lagi terlalu menggantungkan hidupnya pada sumber alam yang langsung digali atau dimanfaatkan.
Peranan sektor industri dalam produksi nasional pada tahun 1990 cukup meningkat. Hal ini ditandai dengan sumbangannya sebesar 21% ke dalam produk domestik bruto (PDB), ini berarti telah melampaui sumbangan sektor pertanian sebesar 19%. (Hartanto, 1995). Selanjutnya berdasarkan data tahun 2000, besar komposisi perbandingan sumbangannya terhadap PDB adalah 30% industri dengan 10% pertanian (LPE-IBII, 2002).
Dari sudut pandang kepentingan perekonomian suatu bangsa, industrialisasi memang penting bagi kelangsungan pertumbuhan ekonomi tinggi dan stabilitas. Namun, industrialisasi bukanlah tujuan akhir, melainkan hanya merupakan salah satu strategi yang harus ditempuh untuk mendukung proses pembangunan ekonomi guna mencapai tingkat pendapatan perkapita tinggi. Meskipun pelaksanaannya sangat bervariasi antar negara, periode industrialisasi merupakan tahapan logis dalam proses perubahan struktur ekonomi. Tahapan ini diwujudkan secara historis melalui kenaikan kontribusi sektor industri manufaktur dalam permintaan konsumen, produksi, ekspor, dan kesempatan kerja. (Tulus Tambunan, 2001).
Dapat dipahami bahwa ketika membahas masalah industrialisasi, selalu terkait dengan sektor pertanian. Sehingga setiap persoalan industrialisasi akan dibahas secara serempak dengan keterkaitan ke masalah pertanian. Proses pembangunan di Indonesia tetap diawali dengan perhatian pada bagaimana menggerakkan perekonomian yang berbasis pertanian. Karena itu diutamakanlah industri yang menciptakan mesin-mesin pertanian dan sebagainya. Sasaran pembangunan jangka panjang tahap satu adalah, mengubah struktur ekonomi dari struktur yang lebih berat dari pada pertanian kepada struktur yang seimbang antara sektor pertanian dan sektor industri. (Hamzah Haz, 2003). Dengan struktur yang seimbang inilah maka ekonomi rakyat dapat ditumbuhkan.
Kelemahan mendasar pada pembangunan di masa lalu adalah, pertumbuhan tidak berhasil mencapai upaya mengaitkan pertumbuhan dengan pemanfaatan sumber daya alam, pertanian, dan kemaritiman. Ini mungkin salah satu alasan mengapa ketika awal pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid dibentuk Menteri Negara Urusan Perikanan dan Sumber Daya Maritim, karena ketika itu, walaupun dasadari bahwa 60% wilayah Republik Indonesia adalah lautan. Kenyataan ini merupakan salah satu penyebab gagalnya proses industrialisasi di Indonesia dalam menciptakan lapangan kerja, sehingga ketika krisis terjadi sebagian besar angkatan kerja lebih 50% masih bekerja di sektor pertanian, sementara hanya 10% saja yang bekerja di sektor industri.
Pada awal sejarah kehidupan, manusia baru mengenal dan memanfaatkan segala sesuatu yang telah disediakan alam. Perekonomian pada tahap ini disebut perekonomian yang berbasis pertanian, di mana kegiatan pertanian mendominasi seluruh aspek kehidupan. Kegiatan menghasilkan barang hanyalah terbatas pada industri rumah tangga. Demikian pula kegiatannya belumlah menonjol seperti keadaan sekarang. Perekonomian berbasis pertanian ini kemudian berkembang menjadi perekonomian berbasis industri. Tentu saja perkembangan ini akan menyangkut beberapa aspek, sehingga perlu diidentifikasi, ada perkembangan apa saja, serta bagaimana pola pengaruhnya kepada kontribusi kedua sektor yakni pertanian dan industri.

3.2  Saran

Saran yang dapat kami berikan adalah supaya pemerintah lebih memperhatikan permasalahan dalam perindustrian ini baik dalam segi modal ataupun dari segi yang lain. Dan industri yang ada dapat dikelola sesuai dengan kebijakan yang dilaksanakan dan menerapkan Strategi Pembangunan Sektor Industri .

 

DAFTAR PUSTAKA





Tidak ada komentar:

Posting Komentar