INDUSTRIALISASI
DI INDONESIA
PEREKONOMIAN INDONESIA#
DISUSUN OLEH :
"KELOMPOK 6"
Kelas: 1EB18
No Nama: NPM:
1. Dwi Kiki Anggraeni 22216192
2. Firda Khalifattul Jannah 22216856
3. Mutia Khairunisah 25216182
4. Rihanda Salma Elza
Vorlandia 26216409
UNIVERSITAS GUNADARMA
2017
2017
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah
wasyukrulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan, kekuatan dan
kasih sayang-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi
tugas yang diberikan oleh dosen kami, mata kuliah Perekonomian Indonesia dengan judul pembahasan “Industrialisasi di Indonesia”
Selain itu,
diharapkan makalah ini dapat memberikan sedikit ilmu kepada teman-teman
mahasiswa dan menjadi bekal peningkatan kualitas diri untuk pembelajaran yang disampaikan
kepada peserta didik nantinya.
Tidak lupa penulis
ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini.
Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin
Wassalamu’alikum Wr.Wb.
Bekasi, April 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Judul
Kata
Pengantar....................................................................................................................
i
Daftar Isi.............................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................
1
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep
dan tujuan industrialisasi.....................................................................
3
2.2 Faktor-faktor pendorong industrialisasi............................................................ 3
2.3 Perkembangan sektor industri manufaktur
nasional......................................... 3
2.4 Permasalahan
industrialisasi............................................................................. 4
2.5 Strategi pembangunan
sektor industri.............................................................. 6
2.6 Studi Kasus.......................................................................................................
7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................... 9
3.2 Saran............................................................................................................... 10
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................................ 11
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industrilisasi
merupakan usaha pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan. Sejarah hidup manusia
tidak terlepas dari keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia
mempunyai metode untuk memenuhinya sesuai dengan zamannya. Mulai zaman
prasejarah, kita mengenal kehidupan manusia purba masa berburu dan mengambil
makanan, atau dikenal food gathering. Kemudian, masa berternak dan
bercocok tanam atau food producing.
Pada
saat sekarang ini, negara Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan
pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya
pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana diamanatkan
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Alinea ke 4, yaitu melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
Tujuan
negara tersebut, pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang
adil dan makmur yang merata, materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang merdeka, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana
perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis dalam lingkungan
pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
Guna
mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia tersebut di atas, pemerintah telah
berupaya melakukan berbagai kegiatan, termasuk salah satu diantaranya adalah
mendorong laju perekonomian nasional. Pertumbuhan laju industri merupakan
andalan pemerintah dalam upaya meningkatkan perekonomian di Indonesia.
Perekonomian di Indonesia tidak akan berkembang tanpa dukungan dari peningkatan
perindustrian sebagai salah satu sektor perekonomian yang sangan dominan
di zaman sekarang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka dapat di rumuskan beberapa macam masalah antara
lain adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana Konsep dan tujuan dari
Industrialisasi di Indonesia ?
2.
Apa saja Faktor-faktor Pendorong
industrialisasi ?
3.
Bagaimana Perkembangan Sektor Industri
manufaktur Nasional ?
4.
Permasalahan yang terjadi pada Industrialisasi Indonesia?
5.
Bagaimana
Strategi Pembangunan Sektor Industri ?
1.3
Tujuan penulisan
Makalah
ini kami buat dengan tujuan untuk pemenuhan tugas perekonomian Indonesia selain
itu diharapkan setelah makalah ini diselesaikan, kita dapat:
1.
Mengetahui dan memahami bagaimana Konsep
dan tujuan dari Industrialisasi di Indonesia.
2.
Mengatahui dan memahami Faktor-faktor
Pendorong industrialisasi.
3.
Mengetahui dan memahami Perkembangan
Sektor Industri manufaktur Nasional.
4.
Mengetahui dan memahami permasalahan
Industrialisasi.
5.
Mengetahui dan memahami Strategi
Pembangunan Sektor Industri.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Konsep dan tujuan industrialisasi
Tujuan
industrialisasi itu sendiri adalah untuk memajukan sumber daya alam yang
dimiliki oleh setiap Negara, dengan didukung oleh sumber daya manusia yang
berkualitas, dengan industrialisasi ini maka, Negara berkembang yang mampu
memanfaatkannya dengan baik, maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Negara
tersebut.
Industrialisasi
adalah sistem produksi yang muncul dari pengembangan yang mantap penelitian dan
penggunaan pengetahuan ilmiah. Ia dilandasi oleh pembagian tenaga kerja dan
spesialisasi, menggunakan alat-alat bantu mekanik, kimiawi, mesin, dan
organisasi serta intelektual dalam produksi.
Industrialisasi
merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan
ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk sedikit & kekayaan alam melimpah
seperti Kuwait & libya ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa
industrialisasi.
2.2
Faktor-faktor pendorong industrialisasi
a.
Kemampuan teknologi dan inovasi
b.
Laju pertumbuhan pendapatan nasional per
kapita
c.
Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam
negeri. Negara yang awalnya memiliki industri dasar/primer/hulu seperti baja,
semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin alat produksi akan mengalami
proses industrialisasi lebih cepat
d.
Besar pangsa pasar DN yang ditentukan
oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk. Indonesia dengan 200 juta orang
menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi
e.
Ciri industrialisasi yaitu cara
pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis industri unggulan
dan insentif yang diberikan.
f.
Keberadaan SDA. Negara dengan SDA yang
besar cenderung lebih lambat dalam industrialisasi
g.
Kebijakan/strategi pemerintah seperti
tax holiday dan bebas bea masuk bagi industri orientasi ekspor.
2.3
Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional
Perusahaan
manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara.
Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan untuk
melihat perkembangan industri secara nasional di negara itu. Perkembangan ini
dapat dilihat baik dari aspek kualitas produk yang dihasilkannya maupun kinerja
industri secara keseluruhan.
Sejak
krisis ekonomi dunia yang terjadi tahun 1998 dan merontokkan berbagai sendi
perekonomian nasional, perkembangan industri di Indonesia secara nasional belum
memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Bahkan perkembangan industri
nasional, khususnya industri manufaktur, lebih sering terlihat merosot
ketimbang grafik peningkatannya.
Sebuah
hasil riset yang dilakukan pada tahun 2006 oleh sebuah lembaga internasional
terhadap prospek industri manufaktur di berbagai negara memperlihatkan hasil
yang cukup memprihatinkan. Dari 60 negara yang menjadi obyek penelitian, posisi
industri manufaktur Indonesia berada di posisi terbawah bersama beberapa negara
Asia, seperti Vietnam. Riset yang meneliti aspek daya saing produk industri
manufaktur Indonesia di pasar global, menempatkannya pada posisi yang sangat
rendah.
Industri
manufaktur masa depan adalah industri-industri yang mempunyai daya saing
tinggi, yang didasarkan tidak hanya kepada besarnya potensi Indonesia
(comparative advantage), seperti luas bentang wilayah, besarnya jumlah penduduk
serta ketersediaan sumber daya alam, tetapi juga berdasarkan kemampuan atau
daya kreasi dan keterampilan serta profesionalisme sumber daya manusia
Indonesia (competitive advantage).
Untuk
melihat sejauh mana perkembangan industry manufaktur di Indonesia selama ini,
perlu dilihat perbandingan kinerjanya dengan sector yang sama di Negara-negara
lain. Dalam kelompok ASEAN, misalnya kontribusi output dari sector industry
manufaktur terhadap pembentukan PDB di Indonesia masih relative kecil, walaupun
laju pertumbuhan output rata-ratanya termasuk tinggi di Negara-negara ASEAN
lainnya. Struktur ini menandakan Indonesia belum merupakan Negara dengan
tingkat industrialisasi yang tinggi dibandingkan Malaysia dan Thailand.
2.4
Permasalahan Industrialisasi
Industrialisasi di negara berkembang pada umumnya dilakukan sebagai upaya mengganti barang impor, dengan mencoba membuat sendiri komoditi-komoditi yang semula selalu diimpor. Mengalihkan permintaan impor dengan melakukan pemberdayaan produksi dari dalam negeri.
Strategi yang pertama dilakukan adalah
pemberlakuan hambatan tarif terhadap impor produk-produk tertentu. Selanjutnya
disusul dengan membangun industri domestik untuk memproduksi barang-barang yang
biasa di impor tersebut. Ini biasanya dilaksanakan melalui kerja sama dengan
perusahaan-perusahaan asing yang terdorong untuk membangun industri di kawasan
tertentu dan unit-unit usahanya di negara yang bersangkutan, dengan dilindungi
oleh dinding proteksi berupa tarif. Selain itu, mereka juga diberi
insentif-insentif seperti keringanan pajak, serta berbagai fasilitas dan
rangsangan investasi lainnya.
Untuk industri kecil yang baru tumbuh terutama
di negara yang sedang berkembang. Industri yang baru dibangun belum memiliki
kemampuan yang memadai untuk berkompetisi secara frontal dengan industri mapan
dari negara-negara yang sudah maju. Industri negara maju sudah berada di jalur
bisnisnya dalam waktu yang sudah lama dan sudah mampu melakukan efisiensi dalam
proses-proses produksinya. Mereka mempunyai informasi dan pengetahuan yang
cukup tentang optimisasi proses produksi, situasi dan karateristik pasar, serta
kondisi pasar tenaga kerja sehingga mereka mampu menjual produk yang berharga
murah di pasar internasional tetapi masih tetap bisa menghasilkan keuntungan
yang memadai.
Dibeberapa negara, para produsen domestik mereka
tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik tanpa tarif, akan tetapi
juga untuk ekspor ke pasar internasional. Hal ini bisa mereka lakukan karena
mereka telah mampu menghasilkan produk tersebut dengan struktur biaya yang
murah sehingga harga yang ditawarkan sangat kompetitif dan mampu bersaing di
pasar luar negeri, maka banyak pemerintahan negara-negara dunia ketiga yang
tertarik dan menerapkan strategi industrialisasi substitusi impor tersebut.
Perekonomian nasional memiliki berbagai
permasalahan dalam kaitannya dengan sektor industri dan perdagangan:
1.
Industri nasional selama
ini lebih menekankan pada industri berskala luas dan industri teknologi tinggi.
Adanya strategi ini mengakibatkan berkembangnya industri yang berbasis impor.
Industri-industri tersebut sering terpukul oleh depresiasi mata uang rupiah
yang tajam.
2.
Penyebaran industri
belum merata karena masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Industri yang hanya
terkonsentrasi pada satu kawasan ini tentulah tidak sejalan dengan kondisi
geografis Indonesia yang menyebut dirinya sebagai negara kepulauan.
3.
Lemahnya kegiatan ekspor
Indonesia yang tergantung pada kandungan impor bahan baku yang tinggi, juga
masih tingginya tingkat suku bunga pinjaman bank di Indonesia, apalgi belum
sepenuhnya Indonesia diterima di pasar internasional.
4.
Komposisi komoditi
ekspor Indonesia pada umumnya bukan merupakan komoditi yang berdaya saing,
melainkan karena berkaitan dengan tersedianya sumber daya alam - seperti hasil
perikanan, kopi, karet, dan kayu. tersedianya tenaga kerja yang murah – seperti
pada industri tekstil, alas kaki, dan barang elektronik.
5.
Komoditi primer yang
merupakan andalan ekspor Indonesia pada umumnya dalam bentuk bahan mentah
sehingga nilai tambah yang diperoleh sangat kecil. Misalnya Indonesia
mengekspor kayu dalam bentuk gelondongan, yang kemudian diimpor lagi dalam
bentuk mebel karena terbatasnya penguasaan desain dan teknologi.
6.
Masih relatif rendahnya
kualitas sumber daya manusia. Hal ini sangat dipengaruhi oleh sistem pendidikan
formal dan pola pelaksanaan pelatihan yang cebderung masih bersifat umum dan
kurang berorientasi pada perkembangan kebutuhan dunia usaha. Selain itu, rendahnya
kualitas sumber daya manusia akibat dari pola penyerapan tenaga kerja di masa
lalu yang masih mementingkan pada jumlah tenaga manusia yang terserap.
ketimbang kualitas tenaga manusianya.
Beberapa ahli menilai penyebab utama dari
kegagalan Indonesia dalam berindustri adalah karena industri Indonesia sangat
tergantung pada impor sumber-sumber teknologi dari negara lain, terutama
negara-negara yang telah maju dalam berteknologi dan berindustri.
Ketergantungan yang tinggi terhadap impor teknologi ini merupakan salah satu
faktor tersembunyi yang menjadi penyebab kegagalan dari berbagai sistem
industri dan sistem ekonomi di Indonesia.
Sistem industri Indonesia tidak memiliki
kemampuan pertanggungjawaban dan penyesuaian yang mandiri. Karenanya sangat
lemah dalam mengantisipasi perubahan dan tak mampu melakukan tindakan-tindakan
pencegahan untuk menghadapi terjadinya perubahan tersebut. Tuntutan perubahan
pasar dan persaingan antar industri secara global tidak hanya mencakup
perubahan di dalam corak, sifat, kualitas, dan harga dari komoditas yang
diperdagangkan, tetapi juga tuntutan lain yang muncul karena berkembangnya
idealisme masyarakat dunia terhadap hak azasi manusia, pelestarian lingkungan,
liberalisasi perdagangan, dan sebagainya.
Gerak ekonomi Indonesia sangat tergantung pada
arus modal asing yang masuk atau keluar Indonesia serta besarnya cadangan
devisa yang terhimpun melalui perdagangan dan hutang luar negeri.
Kebijakan yang telah secara berkelanjutan
ditempuh tersebut, teramati tidak mampu membawa ekonomi Indonesia menjadi makin
mandiri, bahkan menjadi tergantung pada:
·
Ketergantungan kepada
pendapatan ekspor,
·
Ketergantungan pada
pinjaman luar negeri,
·
Ketergantungan kepada
adanya investasi asing,
·
Ketergantungan akan
impor teknologi dari negara-negara industri.
2.5
Strategi pembangunan sektor industri
Strategi ini dilakukan
dengan dua cara, yaitu:
-
Subtitusi Impor (inward-looking)
-
Promosi Ekspor (outward-looking)
Strategi
industrialisasi
1.
Strategi Subtitusi Impor
-
Lebih menekankan pada pengembangan industry
yang berorientasi pada pasar domestic
-
Strategi subtitusi impor adalah industry
domestic yang membuat barang menggantikan impor
-
Dilandasi oleh pemikiran bahwa laju
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan industry
dalam negeri yang memproduksi barang pengganti impor
·
Pertimbangan yang lazim digunakan dalam
memilih strategi ini adalah:
a)
SDA dan factor produksi lain (terutama
tenaga kerja) cukup tersedia potensi permintaan dalam negeri memadai
b)
Pendorong perkembangan sector industry
manufaktur dalam negeri
c)
Dengan perkembangan industry dalam
negeri, kesempatan kerja lebih luas
d)
Dapat mengurangi ketergantungan impor
·
Penerapan strategi subtitusi impor dan
hasilnya di Indonesia
-
Industry manufaktur nasional tidak
berkembang baik selama orde baru
-
Ekspor manufaktur Indonesia belum
berkembang dengan baik
-
Kebijakan proteksi yang berlebihan
selama orde baru menimbulkan high cost economy
-
Teknologi yang digunakan oleh industry
dalam negeri, sangat diproteksi
2.
Strategi Promosi Ekspor
-
Lebih berorientasi ke pasar
internasional dalam pengembangan usaha dalam negeri
-
Tidak ada diskriminasi dalam pemberian
insentif dan fasilitas kemudahan lainnya dari pemerintah
- Dilandasi pemikiran bahwa laju
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika produk yang dibuat di dalam
negeri dijual di pasar ekspor
- Strategi promosi ekspor mempromosikan
fleksibilitas dalam pergeseran sumber daya ekonomi yang ada mengikuti perubahan
pola keunggulan komparatif
Kebijakan
Industrialisasi
-
Dirombaknya system devisa sehingga
transaksi luar negeri lebih bebas dan sederhana
- Dikuranginya fasilitas khusus yang hanya
disediakan bagi perusahaan Negara dan kebijakan pemerintah untuk mendorong
pertumbuhan sector swasta bersama-sama dengan BUMN
2.6 Studi Kasus
(STUDI
KASUS PEMBANGUNAN PABRIK SEMEN DI KENDENG)
Sekitar
akhir abad ke 20, telah terjadi era baru dalam orientasi pembangunan dan tata
kelola Sumber Daya Alam di dunia. Masifnya pembangunan infrastruktur di
perkotaan dan pendesaaan, menjadikan kebutuhan bahan baku untuk bangunan
meningkat tajam. Pengelolaan SDA tidak lagi fokus pada pemenuhan kebutuhan
energi (minyak dan batu bara). Tetapi mulai meluas untuk pemenuhan kebutuhan
proyek pembangunan, seperti semen.
Semen
sendiri, merupakan bahan pokok dalam bangunan. Sebagaimana artinya, semen dalam
latin caementum berarti bahan perekat. Secara sederhana, Definisi semen adalah
bahan perekat atau lem, yang bisa merekatkan bahan – bahan material lain
seperti batu bata dan batu koral hingga bisa membentuk sebuah bangunan.
Sedangkan dalam pengertian secara umum semen diartikan sebagai bahan perekat
yang memiliki sifat mampu mengikat bahan – bahan padat menjadi satu kesatuan
yang kompak dan kuat.
Pembuatan
semen termasuk dalam jenis Industri Ekstraktif. Dimana bahan bakunya diambil
langsung dari alam untuk diolah menjadi bahan jadi yang dapat digunakan
sehari-hari maupun menjadi bahan setengah jadi yang bisa digunakan oleh
industri lain.
Semakin
meningkatnya permintaan pasar, menjadikan semen memiliki nilai ekonomis tinggi
dan merupakan jenis industri yang menjanjikan. Hal ini bisa kita lihat dari
pembangunan pabrik semen yang terus bertambah di beberapa daerah di Indonesia.
Seperti di Jawa, Sumatra dan Sulawesi.
Bagi
negara berkembang dan kaya sumber daya alam, seperti di Indonesia, Industri ini
di angggap efektif dalam memacu pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatan
negara. Namun, disisi lain pembangunan pabrik semen membawa konsekuensi logis
bagi masyarakat sekitar. Hilangnya mata pencarian karena ladang/sawah garapan
masuk daerah eksploitasi (konflik agararia) dan kerusakan lingkungan adalah
masalah utama. Ini pula yang terjadi di Kendeng Rembang Jawa Tengah.
Semen
dan Kerusakan Lingkungan
Industrialisasi
pembangunan semen mempunyai dampak pencemaran dan kerusakan lingkungan seperti
pencemaran air, tanah, dan udara.
Selain
dampak diatas, dampak sosial dan dampak kesehatan juga menjadi faktor negatif
dari pembangunan. Menurut penjelasan pasal 1 ayat 9 dan pasal 16 dalam
Undang-undang No. 4 tahun 1982, dampak juga meliputi juga lingkungan non-fisik,
termasuk sosial budaya.
Selain
itu dampak kepada lingkungan sosial,budaya,kesehatan,ekonomi pun akan mengalami
krisis. Hal inilah yang menjadi sumber masalah dibeberapa daerah. Konflik yang
terjadi pada pembangunan pabrik semen ini yang banyak menuai pro dan kontra.
Konflik
Pembangunan Pabrik Semen di Kendeng
konflik
merupakan sesuatu yang tak terelakkan, yang dapat bersifat positif maupun
negatif. Aspek positif konflik muncul ketika konflik membantu
mengidentifikasikan sebuah proses pengelolaan lingkungan dan sumberdaya yang
tidak berjalan secara efektif, mempertajam gagasan atau informasi yang tidak
jelas dan menjelaskan kesalahpahaman.
Dampak
idustrialisasi pembangunan semen diatas menjadi penyebab utama konflik agraria
di Kendeng. Konflik yang terjadi ini menyebabkan pro dan kontra. Diantara
berbagai macam alasan warga menolak pendirian pabrik, karena warga mayoritas
hidup dengan mengandalkan sektor pertanian dan berternak. Selain itu warga
menolak pabrik semen yang mengancam hilangnya sumber air warga dan mengakibatkan
terjadinya krisis air.
Solusi
konflik pembangunan pabrik semen di kendeng
Komunikasi Efektif
suatu program yang
direncanakan tidak sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Untuk itu perlu
komunikasi yang baik antara masyarakat dengan pemerintah. Komunikasi adalah
proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih,
dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Baik secara lisan maupun
tidak langsung secara tulisan melalui media. Penggunaan media komunikasi
tentunya akan mempermudah masyarakat untuk mengerti isi pesan yang disampaikan
oleh perusahaan.
Untuk pembangunan yang
stategis komunikasi yang efektif sangat diperlukan. Dengan demikian program
pembangunan akan berjalan dengan baik tanpa konflik. Disini sebelum
melakukan pembangunan maka langkah yang baik adalah terciptanya komunikasi
antara warga dengan pemerintah/perusahaan.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dampak
positif industrialisasi dalam konteks globalisasi saat ini telah diketahui
yakni meningkatkan produktivitas melalui peningkatan efisiensi. Namun dampak
negatifnya masih banyak diperdebatkan orang, terutama kaitannya dengan
kerusakan lingkungan. Ketika sebuah bangsa menggantungkan hidupnya kepada
pertanian, maka masalah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh masyarakat
yang hidup dengan bertani belum begitu mengemuka dalam berbagai pembahasan.
Lain masalahnya, ketika proses industrialisasi tengah berjalan, maka dampak
positifnya rakyat banyak tak lagi terlalu menggantungkan hidupnya pada sumber
alam yang langsung digali atau dimanfaatkan.
Peranan
sektor industri dalam produksi nasional pada tahun 1990 cukup meningkat. Hal
ini ditandai dengan sumbangannya sebesar 21% ke dalam produk domestik
bruto (PDB), ini berarti telah melampaui sumbangan sektor pertanian
sebesar 19%. (Hartanto, 1995). Selanjutnya berdasarkan data tahun 2000, besar
komposisi perbandingan sumbangannya terhadap PDB adalah 30% industri dengan 10%
pertanian (LPE-IBII, 2002).
Dari
sudut pandang kepentingan perekonomian suatu bangsa, industrialisasi memang
penting bagi kelangsungan pertumbuhan ekonomi tinggi dan stabilitas. Namun,
industrialisasi bukanlah tujuan akhir, melainkan hanya merupakan salah satu
strategi yang harus ditempuh untuk mendukung proses pembangunan ekonomi guna
mencapai tingkat pendapatan perkapita tinggi. Meskipun pelaksanaannya sangat
bervariasi antar negara, periode industrialisasi merupakan tahapan logis dalam
proses perubahan struktur ekonomi. Tahapan ini diwujudkan secara historis
melalui kenaikan kontribusi sektor industri manufaktur dalam permintaan
konsumen, produksi, ekspor, dan kesempatan kerja. (Tulus Tambunan, 2001).
Dapat
dipahami bahwa ketika membahas masalah industrialisasi, selalu terkait dengan
sektor pertanian. Sehingga setiap persoalan industrialisasi akan dibahas secara
serempak dengan keterkaitan ke masalah pertanian. Proses pembangunan di
Indonesia tetap diawali dengan perhatian pada bagaimana menggerakkan
perekonomian yang berbasis pertanian. Karena itu diutamakanlah industri yang menciptakan
mesin-mesin pertanian dan sebagainya. Sasaran pembangunan jangka panjang tahap
satu adalah, mengubah struktur ekonomi dari struktur yang lebih berat dari pada
pertanian kepada struktur yang seimbang antara sektor pertanian dan sektor
industri. (Hamzah Haz, 2003). Dengan struktur yang seimbang inilah maka ekonomi
rakyat dapat ditumbuhkan.
Kelemahan
mendasar pada pembangunan di masa lalu adalah, pertumbuhan tidak berhasil
mencapai upaya mengaitkan pertumbuhan dengan pemanfaatan sumber daya alam, pertanian,
dan kemaritiman. Ini mungkin salah satu alasan mengapa ketika awal pemerintahan
Presiden Abdurrahman Wahid dibentuk Menteri Negara Urusan Perikanan dan Sumber
Daya Maritim, karena ketika itu, walaupun dasadari bahwa 60% wilayah Republik
Indonesia adalah lautan. Kenyataan ini merupakan salah satu penyebab gagalnya
proses industrialisasi di Indonesia dalam menciptakan lapangan kerja, sehingga
ketika krisis terjadi sebagian besar angkatan kerja lebih 50% masih bekerja di
sektor pertanian, sementara hanya 10% saja yang bekerja di sektor industri.
Pada
awal sejarah kehidupan, manusia baru mengenal dan memanfaatkan segala sesuatu
yang telah disediakan alam. Perekonomian pada tahap ini disebut perekonomian
yang berbasis pertanian, di mana kegiatan pertanian mendominasi seluruh aspek
kehidupan. Kegiatan menghasilkan barang hanyalah terbatas pada industri rumah
tangga. Demikian pula kegiatannya belumlah menonjol seperti keadaan sekarang.
Perekonomian berbasis pertanian ini kemudian berkembang menjadi perekonomian
berbasis industri. Tentu saja perkembangan ini akan menyangkut beberapa aspek,
sehingga perlu diidentifikasi, ada perkembangan apa saja, serta bagaimana pola
pengaruhnya kepada kontribusi kedua sektor yakni pertanian dan industri.
3.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan adalah
supaya pemerintah lebih memperhatikan permasalahan dalam perindustrian ini baik
dalam segi modal ataupun dari segi yang lain. Dan industri yang ada dapat
dikelola sesuai dengan kebijakan yang dilaksanakan dan menerapkan Strategi Pembangunan Sektor Industri .
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar